11 December 2011

Adab Sesama Makhluk



Adab Sesama Manusia

1.    Memberi salam/bertegur sapa
2.    Bertanya khabar/berita
3.    Berusaha mengeratkan silaturrahim
4.    Ziarah menziarahi
5.    Hormat menghormati dalam pergaulan




Adab terhadap makhluk lain


1.    Menjaga dan memelihara dengan penuh tanggungjawab
2.    Sentiasa menyayangi dengan hati ikhlas
3.    Memanfaatkan makhluk lain untuk tujuan kebaikan


Kebaikan beradab sesama makhluk :

1.    Mendapat pahala
2.    Disayangi dan dihormati
3.    Keselesaan dalam kehidupan bermasyarakat

Jika tidak beradab  :
1.    Dimurkai allah
2.    Tiada rasa belas pada sesama makhluk
3.    Tidak selesa hidup di dlm masyarakat
4.    Dibenci

Beza baik dan buruk:

Akhlak baik
Akhlak buruk
Melakukan amalan baik yang disuruh allah
Melakukan perkara yang dilarang allah

Bercakap dengan sopan

Bercakap kasar/bengis
Suka menolong dengan ikhlas
Malas dalam melakukan kerja
Tidak mengumpat/mengata/
mengejek
Bercakap tentang keburukan



Perkembangan Islam Selepas Hijrah

»  Surat Rasulullah kepada Raja Romawi, Heraclius

Surat Rasulullah kepada Raja Romawi, Heraclius

 
Rasulullah mengirim surat kepada Heraclius, Raja Romawi yang dibawa oleh Dihyah al Kalbi. Ia menyerahkannya kepada penguasa Bushra dan mengantarnya kepada Heraclius. Bunyi teksnya adalah sebagai berikut:

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusanNya, kepada Heraclius Raja Romawi. Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk.

Amma ba’du: Aku mengajakmu untuk masuk Islam. Masuklah Islam maka kau akan selamat dan kau akan diberikan oleh Allah dua pahala. JIka kau menolak, maka kau menanggung dosa orang orang Arison.
‘Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS Ali Imran 3: 64)

Surat Nabi kepada Kaisar Romawi diambil dari hadist Ibnu Abbas dari Abu Sufyan yang di takhrij oleh Bukhari pada bab Kaifa bada-al wahyi ila Rasulillah, oleh Muslim (1773), Tirmidzi (2718), Abu Daud (5136), Ahmad (I:263) dan oleh Baihaqi dalam as-Sunan (IX:177)

10 December 2011

Sakaratul Maut ( Samiyyat )

Dahsyatnya Sakaratul Maut, bersediakah kita untuk menghadapinya ?

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya" . (Qs. Al- An'am : 93).

"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).

Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.

"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Allah". Salam Malaikat Izrail,

"Wa'alaikum salam wa rahmatullah" . Jawab Nabi Idris a.s.

Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.

Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).

"Subhanallah, (Maha Suci Allah)" kata Nabi Idris a.s.

"Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.

"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".

Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam Nabi Idris musykil mengenai  tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? fikir Nabi Idris a.s.

"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.

Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.

"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.

"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Allah, aku sekadar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.

"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s

"Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.

"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.
Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya" , tolak Malaikat Izrail.

Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah, Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.

Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail.

"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.

"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

MasyaAllah, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?

Bersediakah kita untuk menghadapinya ?

05 October 2011

ASMA ALLAH

NIAN


Jadilah lilin… yang membakar diri untuk menerangi… berkorban diri demi kebaikan orang lain!”, itulah ungkapan ‘indah’ yang sering disebut orang kita.
Guru umpama lilin, terbakar diri untuk memberi.
LIKU PENDIDIK
Mendidik adalah jalan yang penuh liku. Dari ujian kesusahan, hinggalah kepada ujian kesenangan malah kejemuan. Mendidik adalah wasilah Tarbiyah yang ertinya pada seni membentuk manusia. Tatkala usaha itu bersabit dengan manusia, banyaklah sakitnya berurusan dengan manusia.
Semuanya ditempuh oleh pendidik, demi matlamat Tarbiyah yang dijunjungnya, pada seni membentuk manusia.


“Seorang mukmin yang bergaul dengan orang ramai serta bersabar dengan kesakitan akibat pergaulan dengan mereka itu, adalah lebih baik dari seorang mukmin yang tidak bergaul dengan orang ramai serta tidak bersabar atas kesakitan akibat pergaulan itu”
Justeru kesakitan yang dialami oleh pendidik adalah pada menggauli manusia, sebelum kesakitan berbentuk ujian yang datang dan pergi pada tabiat jalan pendidikan.
Mendidik itu perjuangan. Perjuangan seiringan dengan pengorbanan.
JANGAN JADI LILIN YANG TERBAKAR
Mendidik boleh menyinar segar kehidupan manusia yang diseru, mengeluarkan manusia dari gelap kepada cahaya. Jalannya payah dan perlukan sabar, ketika sabar itu digelar Nabi SAW sebagai sinar mentari. Sumber kebaikan, sumber kehidupan, namun sinar hanya datang dari bakaran yang bukan sebarangan.

“… dan sabar itu adalah sinar”
Jika mendidik itu membawa sinar, maka sinar itu jugalah yang perlu dijaga. Usaha menyinari manusia dan alam, terlalu mudah membakar diri orang yang menyerunya sendiri. Manusia penyeru boleh terbakar bukan kerana berkorban, tetapi terkorban kerana hilang kepedulian terhadap tuntutan ke atas diri sendiri. Mengajak orang kepada kebaikan, tetapi membiarkan diri musnah tanpa kebaikan yang sama.
“Pendidik  seperti lilin”… mungkin bukan perumpaan yang hikmah.
Ingatlah pesan Nabi SAW, agar jangan sewenang-wenangnya kita mahu menjadi lilin:

“Perumpamaan orang yang mengajar orang ramai kebaikan tetapi melupakan dirinya sendiri adalah seperti lilin yang memberikan cahaya ke atas orang lain dan (dalam masa yang sama) membiarkan dirinya terbakar”
Lilin itu menyinar. Tetapi sinarnya hasil terbakar diri. Ia menghasilkan manfaat buat orang lain, tetapi membiarkan diri binasa. Ia membekalkan kebaikan yang dimanfaatkan oleh semua orang kecuali dirinya sendiri. Manusia lain mendapat kebaikan darinya, tetapi dirinya sendiri hancur binasa.
Lilin tidak sedar ketika sibuk menghasilkan cahaya, dirinya sendiri menuju gelita, fana’ dan binasa.

JADILAH LAMPU PELITA YANG MENYINAR
Justeru Baginda SAW berpesan dengan pesanan yang menampakkan ketelitian pada bicara dan makna, lantas bersabda:

“Perumpamaan seorang yang berilmu yang mengajarkan kebaikan kepada orang ramai, dan melupakan (kepentingan-kepentingan) dirinya adalah seperti lampu pelita yang memberikan cahaya untuk manusia dan membakar dirinya”
Harusnya pendakwah dan pendidik itu jadi pelita.
Gelaran Nabi SAW kepada mereka adalah si ALIM, bukan sekadar seorang manusia. ALIM itu sandarannya ilmu. Tahu ilmu mendidik orang, tahu ilmu mendidik diri.
Perumpamaan yang baik itu ditujukan kepada seorang alim yang muallim. Seorang yang bukan sekadar tahu-tahu kemudian menyibukkan diri memberitahu, lalu mudah alpa ke atas diri sendiri. Sesungguhnya manusia seperti inilah yang sering menjadi lilin.
Akan tetapi lampu pelita menyinarkan cahaya untuk orang lain, dengan apa yang ada pada dirinya. Dirinya diberikan hak seperti yang sepatutnya, agar boleh terus bekerja dan berusaha. Ilmunya, masanya, tenaganya, semua ini menghasilkan sinar. Yang dikorbankan adalah kepentingan-kepentingan diri yang merugikan, bukannya terkorban diri kerana sibuk memberi. Terbakar itu adalah pengorbanan diri dan bukannya mangsa korban diri,
Merekalah manusia yang hidupnya dengan ilmu itu adalah untuk memberi, hidup bukan untuk diri sendiri.
PESANAN BUAT LILIN
Justeru bagi sekalian yang alpa menjadi lilin, janganlah dirimu terang sebatang hanya sepetang. Engkau harus berusaha menjadi lampu yang sentiasa mengisi diri dengan bahan bakar untuk terus bercahaya. Terbakarnya berterusan menghasilkan kebaikan, dan terus menerus berkorban, bukannya tamat kerana mangsa korban… korban sendiri yang alpa terhadap diri.
Manusia yang tidak memiliki, adalah manusia yang alpa diri, tidaklah dia mampu hidup memberi.
Banyakkan usaha mencari, sebanyak cita-citamu untuk memberi.


GURU  TERULUNG
Guru teragung adalah baginda Rasulullah s.a.w, di susuli oleh Para Alim Ulamak sebagai pewaris Nabi kerana tanpanya tiadalah terpancar sinar ilmu di muka dunia ini. Begitu jua  Ayah serta Bonda selaku Guru dan Murabbi yang mendidiksejak di alam rahim bonda lagi. .
“Ya Allah, tutuplah aib guruku dari penglihatanku dan janganlah hilangkan berkat ilmunya dariku”
Sesungguhnya..
Budi mu ku SANJUNG, Ilmu mu ku JUNJUNG, Amanah mu ku TANGGUNG